17 May 2009

Iman Sebagai Solusi Krisis Moral

Dewasa ini, sudah menjadi pengetahuan umum di masyarakat, bahwa sejak beberapa tahun terakhir, kondisi dunia secara umum mengalami krisis multimendasi yang secara garis besar terbagi menjadi 3 krisis utama yaitu:
Krisis pangan
Krisis energi
Krisis lingkungan hidup
Dan yang lebih memprihatinkan lagi bahwa semuanya bersumber pada satu sebab yaitu krisis moral. Karena krisis-krisis yang lain merupakan sebuah turunan saja dari krisis moral, ketika melihat berbagai macam krisis yang bertumpuk-tumpuk yang ada di dunia saat ini yang disebut sebagai accumulative global damage atau dalam bahasa Arabnya disebut sebagai fasaadul ‘alam al muutaaraakib ( kerusakan global yang bertumpuk-bertumpuk) maka sesungguhnya semua yang kita lihat adalah disebabkan boroknya moral manusia sekarang.
Oleh karena itulah tidaklah salah ketika Allah mengutus Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam misi utama yang beliau bawa adalah untuk menyempurnakan dan memperbaiki akhlak manusia. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits:
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia”.(H.R. Baihaqi dalam Sunan Baihaqi Kubra).
Atau dalam riwayat lain:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ صَالِحَ الأَخْلاَقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk memberbaiki akhlak manusia”.(H.R.Ahmad dalam Musnad Ahmad)
Namun yang patut diperhatikan adalah pada kenyataannya yang terjadi adalah manusia khususnya di negara tercinta Indonesia kita mulai melupakan ajaran akhlak Rasulullah yang bersumber dari aqidah yang tauhidullah. Aqidah yang menjadi pemecah masalah (problem solver) dalam setiap tempat dan keadaan!
Dan mereka mulai terkena virus-virus yang merusak diantaranya adalah liberalisasi dalam berbagai bidang mulai dari politik,ekonomi,budaya dan juga agama.
Di bidang politik kita bisa melihat bagaimana banyak orang telah “gila kekuasaan” sampai mereka berlomba hanya untuk pemilihan bupati saja sampai rela mengeluarkan uang 5 milyar, makanya jangan salahkan ketika mereka sudah berkuasa mereka akan berusaha mengembalikan modal yang telah dikeluarkan dengan cara yang tidak dibenarkan seperti korupsi dan manipulasi.
Di bidang ekonomi kita melihat bagaimana jajahan Negara-negara asing yang atas nama investasi justru mengeruk kekayaan yang ada pada bumi pertiwi.
Di bidang budaya kita bisa melihat bagaimana paham Barat telah menghancurkan norma-norma budaya adiluhung mulai dari pakaian,pergaulan dan hiburan.
Di bidang agama kita bisa melihat bagaimana banyak orang yang mengaku adalah cendekiawan muslim, tapi yang mereka lakukan adalah justru menodai agama Islam sendiri. Salah seorang professor doktor perempuan yang menjadi dosen salah satu UIN di Indonesia menyatakan bahwa homo seks dan lesbian adalah hal yang dibenarkan oleh Allah. Na’udzubillahi min dzalik…

I ni diakibatkan oleh rusaknya keimanan yang secara otomatis juga akan mempengaruhi akhlak orang tersebut. Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
ألا وإن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله وإذا فسدت فسد الجسد كله ألا وهي القلب.
“Ketahuilah di dalam tubuh ada segumpal daging. Apabila segumpal daging itu baik, maka baik pula seluruh tubuhnya, namun apabila segumpal daging itu rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya. (H.R. Al Bukhari dan Muslim).
Syaikh ‘Utsaimin memberikan sebuah penjelasan yang amat menarik ketika beliau memberikan ta’liq (catatan/komentar) terhadap kitab Syarah Hadits ‘Arbain Imam Nawawi, beliau mengatakan bahwa ini sebagai isyarat bahwa setiap orang wajib menjaga nafsu yang ada dalam hatinya yang dapat menyeret dirinya terjerumus ke dalam perkara-perkara haram dan syubhat dan yang terpenting bahwa kerusakan lahiriah menunjukkan kerusakan batiniah.
Setelah kita yakin bahwa iman dalam diri kita sudah benar maka hal yang patut kita lakukan adalah berbuat istiqomah. Sebagaimana yang dijelaskan juga dalam hadits :
عن أبي عمرو - وقيل أبي عمرة - سفيان ابن عبد الله رضي الله عنه قال : قلت يا رسول الله قل لي في الإسلام قولا لا أسال عنه أحدا غيرك قال قل آمنت بالله ثم استقم ( رواه مسلم).
Dari Abu ‘Amr, ada yang menyebutnya Abu ‘Amarah, Sufyan bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, katakan kepadaku suatu ucapan dalam Islam yang tidak akan saya tanyakan lagi kepada orang lain selain engkau.’
Rasulullah bersabda, ‘Katakanlah : ‘Aku beriman kepada Allah, kemudian istiqomahlah”.(H.R.Muslim).


Istiqomah artinya senantiasa di atas jalan yang lurus dengan mengerjakan semua kewajiban dan meninggalkan semua kewajiban dan meninggalkan semua larangan Allah ta’ala.

Allah ta’ala juga berfirman, yang artinya
"Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan".(Q.S.Hud:112).

Maksudnya juga beriman kepada Allah merupakan amalan hati. Sedang istiqomah itu dilakukan dengan amal perbuatan anggota badan. Nabi memberikan dua kalimat yang mencakup Islam secara keseluruhan yaitu beriman dan istiqomah.
Istiqomah ini dibangun diatas keimanan kata tsumma (kemudian) menunjukkan bahwa iman dan istiqomah berurutan.

Dari hadits dan ayat diatas kita bisa mengambil faidah bahwa iman dan istiqomah adalah 2 hal yang menjadikan diri kita bahagia di dunia dan akhirat.